Siang angin sepoi-sepoi mengusik ketidaktenanganku, lalu-lalang santri tanpa henti mengejar makanan yang memang haknya, kecuali yang belum membayar uang makan karena tidak punya uang atau uangnya suda terpakai untuk mentraktir teman-temanya. Itu semua tak mengganggu konsentrasiku yang sedang duduk sendiri di depan gedung Al-azhar sambil memandangi kolam renang yang membuatku diberihukuman botak pertamakalinya sejak aku pindah dari pondok modern Gontor I dikarenakan tidak naik kelas. Hanya karena menceburkan diriku ke kolam renang, lalu ustadz Sholahuddin seketika muncul membawa gunting untuk mencukur rambutku hingga tak beraturan, aku berkata, “Sina’ gondok, hadisan sibahmud datan kholas mahluq, mangkel aku baru renang bentar sudah dibotak aja.”.